By Fitria Nurkomariah February 12, 2023 190

Pro dan Kontra bagi Pelaku Childfree

Pasti tak asing dengan kata childfree satu ini kan? Karena belakangan memang sedang ramai menjadi trending topik. Kata childfree itu sendiri mengartikan kondisi seorang individu atau pasangan suami istri yang memilih untuk tidak memiliki anak secara biologis, adopsi, atau lainnya. Childfree yang sering digunakan secara bergantian dengan istilah childless ini lebih familiar di kalangan para feminis dan dalam agenda-agenda feminisme. Seorang perempuan memiliki keputusan personal dalam memillih kebebasannya untuk mengalami proses kehamilan, melahirkan, hingga menjadi seorang ibu. Keputusan ini masih dianggap tabu di Indonesia, tetapi sejatinya childfree  merupakan sebuah pilihan.

Mayoritas orang menikah dengan tujuan untuk memiliki keturunan sebagai generasi penerus keluarga. Hal inilah yang membuat perdebatan pro dan kontra untuk pelaku childfree. Di luar konteks Islam pun konsep childfree tersebut masih menjadi pro dan kontra. Meskipun demikian, pilihan seorang perempuan ataupun pasangan suami istri ini tidak berhak untuk dihakimi. Pelaku childfree berhak memprioritaskan kebahagiaannya dan memantapkan pilihan dengan konsekuensi yang sudah dipahaminya. Anak tidak pernah meminta untuk dilahirkan ataupun untuk memilih orang tuanya, tetapi sebagai orang tua dapat memilih untuk menjadi atau tidak menjadi orang tua.

Ketika memutuskan untuk memilih childfree, tentunya tekanan sosial yang akan dihadapi oleh pasutri sangat tinggi. Terlebih perspektif budaya kolektif di masyarakat yang dimana mengharapkan seseorang yang telah dewasa menikah dan akan memiliki seorang anak. Meskipun risiko mendapatkan tekanan cukup besar, tetapi masih ada pasangan yang memutuskan untuk childfree karena berkaitan dengan isu maupun masalah lingkungan. Sehingga terdapat beberapa faktor yang mendukung (pro) terhadap keputusan untuk childfree.

1. Latar Belakang

Hal kuat yang melatarbelakangi pasangan memilih untuk childfree yaitu karena masalalu sendiri tentang keluarganya yang dimana ia tumbuh dan berkembang melihat dari apa yang terjadi dalam keluarganya.  Hal tersebut akan mempengaruhi mindset dan pilihannya ketika dewasa. Terlebih ketika keluarga dan lingkungan sekitar yang memberikan dukungan dan kebebasan untuk memilih dan memutuskan segala hal. Mereka merasa tidak akan ada yg menghakimi dan merasa didukung terhadap pilihan mereka sendiri.

2. Kondisi Finansial

Tak hanya persiapan mental, untuk membesarkan anak juga dibutuhkan persiapan finansial. Ketika seorang perempuan atau pasangan suami istri memilih untuk childfree mereka menyadari akan kemampuan finansialnya untuk membiayai dan merawat anak. Apabila individu tersebut merasa tidak mampu maka mereka akan hanya berfokus untuk mengalokasikan biaya untuk kebutuhan pribadi dan memutuskan untuk childfree.

3. Masalah Maternal Instinct

Maternal instinct berkaitan dengan kemampuan seorang ibu untuk melindungi anaknya. Kemampuan emosional seorang perempuan yang akan menjadi ibu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi sebagian orang. Mereka mengalami masalah akan ketidakyakinan untuk menjadi seorang ibu yang baik untuk anaknya. Hal ini dikarenakan kondisi mental setiap orang berbeda-beda. Individu tertentu belum siap dan belum matang secara mental untuk memiliki seorang anak.

4. Kondisi Fisik

Kondisi fisik yang dimiliki setiap orang tentu berbeda-beda. Tak sedikit orang memiliki kondisi fisik tertentu seperti mengidap suatu penyakit yang bersifat keturunan. Hal ini membuat dirinya tidak bisa dan tidak mampu untuk memilliki seorang anak dikarenakan mereka tidak mau menurunkan penyakit tersebut ke anaknya dan atau suatu hal lain. Kondisi ini yang menjadikan faktor penentu keputusan seorang perempuan maupun pasutri untuk memilih childfree.

5. Alasan Pribadi

Ketika seorang perempuan atau pasangan suami istri sudah merasa nyaman dengan diri mereka sendiri, bisa saja mereka telah merasa cukup dengan kondisi tersebut. Sehingga tidak ada alasan khusus lainnya yang membuat mereka memilih untuk childfree. Alasan pribadi yang bersifat personal ini membuat mereka memutuskan mantap dengan pilihannya. Namun, beberapa orang mempunyai sudut pandang tersediri bahwa dengan childfree akan merasa lebih aman secara fisik maupun secara finansial.

Selain hal-hal pro diatas, terdapat hal-hal kontra dalam keputusan childfree. Hal ini karena anak diyakini sebagai ikatan antara pasangan suami istri untuk meningkatkan komitmen dalam perkawinan. Dalam pandangan islam, Allah swt. lebih mengetahui cara manusia agar hidup berbahagia dengan kebahagiaan hakiki, bukan kebahagiaan semu. Beberapa faktor-faktor ini yang membuat beberapa orang berpendapat kontra terhadap keputusan childfree.

1. Anak adalah Rezeki

Ungkapan familiar “banyak anak banyak rezeki” menjadi alibi pemikiran tim kontra terhadap pilihan childfree. Mereka menganggap orang yang memilih childfree berarti menolak rezeki yang telah diberikan Tuhan. Karena anak memiliki rezeki yang disebutkan oleh Allah swt. bahwa anak terlebih dahulu diberi rezeki baru orang tuanya dan tentunya dengan berikhtiar sebelumnya. Selain itu, tekanan dari ekspektasi sosial yang beranggapan bahwa seorang perempuan belum sempurna jika belum menjadi seorang ibu begitupun pasutri belum sempurna jika belum menjadi orang tua.

2. Memiliki Anak Termasuk Sunnah

Rasulullah saw. Memerintahkan manusia untuk menikah dan melarang keras untuk membujang. Rasulullah saw. Berkata “Nikahilah wanita yang sangat penyayang dan yang mudah beranak banyak karena aku akan berbangga dengan kalian dihadapan para nabi pada hari kiamat.” (HR Ibnu Hibban). Oleh karena itu, memiliki dan mendidik anak adalah termasuk dalam sunnah Rasul.

3. Anak adalah Fitrah Manusia

Fitrah akan memberi kebahagiaan kepada mereka orang tua saat memiliki buah hati. Anak-anak adalah permata hati dan kebahagiaan bagi mereka yang masih berada dalam fitrah. Bahkan terdapat pasangan suami istri yang berjuang dan rela mengorbankan segalanya demi mendapatkan anak. Dengan memiliki anak merupakan salah satu kebahagiaan di dunia yang telah dikaruniai oleh Allah swt.

4. Karunia Memperbanyak Keturunan

Telah banyak perintah untuk memiliki dan memperbanyak keturunan. Karena memiliki keturunan yang banyak merupakan karunia dari Allah swt. Bahkan kaum Nabi Syu’aib diperingatkan tentang karunia mereka, yaitu jumlah yang banyak padahal dahulunya sedikit. Seperti dalam Q.S.Al-A’raf ayat 86 yang artinya “Dan ingatlah di waktu dahulu kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu”.

5. Anak adalah Amal Jariyyah

Mendidik anak menjadi anak yang shalih dan shalihah adalah harta yang paling berharga. Dengan memiliki anak tersebut akan menjadikan amal jariyyah bagi orang tuanya. Ketika orang tua telah meninggal dunia kelak anak-anak shalih dan shalihah tersebut tentunya akan mendoakan kedua orang tuanya. Rasulullah saw. bersabda “Sungguh, Allah benar-benar mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shalih di surga.”