By Fitria Nurkomariah January 22, 2023 305

Ketahui Aliran Feminisme Ini Agar Tidak Salah Paham

Dewasa ini pembicaraan mengenai feminisme menjadi topik yang penuh dengan pro dan kontra. Berbagai kalangan ikut beropini membincangkan feminisme. Tak jarang, banyak orang yang salah mengartikan apa itu sebenarnya feminisme. Apakah kamu sudah mengetahui apa itu feminisme? Feminisme bukan ideologi yang menebar kebencian kepada kaum pria. Feminisme merupakan  rangkaian dari gerakan sosial, politik, dan ideologi yang memiliki tujuan untuk membangun serta mencapai kesetaraan gender di segala aspek, mulai dari politik, ekonomi, ranah pribadi, hingga lingkup sosial.

Feminisme berupaya untuk memperjuangkan hak-hak kesetaraan perempuan dan laki-laki, bukan dengan menjadikan lawan melainkan dengan cara menempatkan perempuan menjadi kawan laki-laki. Gerakan feminisme merupakan konsep dimana perempuan hanya ingin memperjuangkan keadilan hak dan kewajibannya di masyarakat agar tidak senantiasa didiskriminasi oleh laki-laki. Dalam feminisme terdapat berbagai aliran dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Berikut ulasannya.

1. Feminisme Marxis-Sosialis

Aliran feminisme muncul karena issue kaum pekerja perempuan dalam lingkup publik dan domestik dalam mengkampanyekan pengupahan kerja domestik bagi perempuan, pengasuhan anak, serta sosialisasi pekerjaan rumah tangga. Feminisme marxis-sosialis memiliki fokus tujuan untuk membebaskan perempuan dari kapitalisme, patriarki, seks, dan pengotakan kelas. Kaum Marxis beranggapan bahwa negara bersifat kapitalis, yakni bukan hanya sekedar institusi tetapi juga perwujudan dari interaksi hubungan sosial yang memiliki kemampuan untuk memelihara kesejahteraan, namun di sisi lain negara kapitalisme menggunakan sistem perbudakan kaum wanita sebagai pekerja.

2. Feminisme Eksistensialis

Feminisme eksistensialis mendukung perempuan untuk bebas mendefinisikan makna keberadaan dirinya di dunia ini. Selain itu, aliran feminisme eksistensialis juga mengajak perempuan bebas menjadikan dirinya menjadi subjek yang diinginkan. Feminisme ini muncul pada tahun 1940-an dalam gelombang kedua feminisme.

3. Feminisme Liberal

Aliran ini muncul pada abad 19-20 yang memperjuangkan pada hak individu perempuan dalam hal ekonomi, politik, dan lingkup sosial. Feminisme liberal lebih mengarah pada kebebasan individu bagi perempuan yang terbagi menjadi dua bagian. Pertama, feminisme liberal klasik yang lebih mengutamakan pada kebebasan hak sipil individu seperti kebebasan berekspresi, hak pilih perempuan, serta hak memiliki tanah. Kedua, feminisme liberal egalitarian yang lebih mementingkan pada kesempatan yang setara dan adil untuk perempuan dalam mengakses sumber daya.

4. Feminisme Radikal

Berfokus pada hal-hal mendasar atas ketimpangan yang dialami oleh perempuan adalah tujuan dari feminisme radikal ini. Terdapat dua sudut pandang berbeda dalam aliran feminisme radikal yaitu feminis radikal libertarian dan feminisme radikal kultural. Yang pertama feminisme radikal libertarian yang berfokus pada pilihan pribadi perempuan atas seksualitas dan tubuh mereka. Sedangkan yang kedua feminisme radikal kultural yang mempercayai selain adanya patriariki, laki-laki juga merupakan bagian dari munculnya operasi terhadap perempuan.

5. Feminisme Pasca-Modern

Feminisme pasca-modern beranggapan bahwa salah satu sumber opresi terhadap perempuan adalah bahasa, sehingga aliran ini mengajak untuk menulis dan menggali dengan mengedepankan feminine writing.  Oleh karena itu, aliran ini dikenal juga dengan “feminisme bagi kalangan akademis”. Disebut demikian karena aliran satu ini sulit dimengerti dan dianggap tidak terlibat dalam perjuangan revolusioner sungguhan misalnya dalam bentuk demonstrasi, protes, dan boikot.

6. Feminisme Psikoanalis Gender

Sigmund Freud pernah mengatakan bahwa perempuan merasa iri terhadap laki-laki karena tidak memiliki penis dan berakibat merasa dirinya inferior dibandingkan laki-laki. Oleh karena itu munculah aliran ini yang melakukan perlawanan atas pernyataan tokoh Psikoanalis tersebut. Feminisme psikoanalis gender menentang pemikiran Freud dengan berpendapat bahwa opresi yang dialami perempuan dipengaruhi oleh konstruksi sosial dan tidak terlalu berhubungan dengan biologi perempuan.

7.  Aliran Ekofeminisme

Dalam aliran ekofeminisme memposisikan perempuan menjadi “perawat” yang lebih membutuhkan dan lebih dekat serta peka terhadap alam daripada laki-laki. Sehingga aliran ini lebih berfokus pada hubungan perempuan secara spiritual terhadap ekologi yang terdapat di sekitarnya. Sama halnya dengan perempuan, alam pun “digarap”, “diperkosa” serta “dieksploitasi” oleh kapitalisme yang didominasi oleh laki-laki.

8. Feminisme Multikultural & Global

Feminisme multikultural dan global ini memperkenalkan pada suatu pandangan bahwa perempuan itu heterogen tetapi mempunyai  berbagai irisan yang terpaut seperti pendidikan, agama, budaya, umur, dan lokasi. Setiap kelompok perempuan sering kali merasakan penindasan yang berbeda seiring dengan beragam pengalaman yang dilalui serta identitas mereka.  Pengalaman tersebut adalah sebuah pengalaman global, bukan lagi pengalaman komunal serta bentuknya yang sangat berlapis-lapis.  

9. Feminisme Post Modern

Feminisme post modern atau sering juga dikenal dengan Ide posmo yaitu ide yang anti absolut dan anti otoritas, gagalnya modernitas dan pemilihan secara berbeda di setiap fenomena sosial karena penentangannya pada keseluruhan pengetahuan ilmiah dan sejarah. Feminisme post modern beranggapan bahwa gender tidak bermakna identitas maupun struktur sosial.

Nah, itulah beberapa ulasan mengenai aliran feminisme yang masih menjadi pro dan kontra dalam bidang kehidupan hingga saat ini. Meskipun masih menjadi perdebatan, tetapi gerakan feminis ini telah menghasilkan prestasi atas pencapaian dan kontribusi dalam kemajuan kualitas hidup yang menjunjung tinggi kesetaraan gender. Tentunya perjuangan feminis untuk mencapai kesetaraan gender tak hanya sampai disini. Kondisi perempuan yang beragam menjadikan untuk masing-masing perempuan dapat menganilisis dan meciptakan feminismenya masing-masing.