By Anis Afifatul Azizah May 17, 2024 214

Bahaya "Parenting" Pasangan dalam Hubungan: Menjebak Cinta Menjadi Kontrol

Pernahkah kamu merasa seperti orang tua bagi pasanganmu? Atau, pasanganmu yang selalu ingin "mengurus" dirimu seperti anak kecil?

Perilaku "parenting" dalam hubungan, di mana satu pihak berusaha mengontrol dan mengatur pasangannya seperti orang tua kepada anak, bisa menjadi racun bagi hubungan.

Apa itu "parenting" pasangan?

"Parenting" pasangan adalah ketika salah satu pihak dalam hubungan berperilaku seperti orang tua terhadap pasangannya.

Niat di baliknya mungkin baik, yaitu ingin membantu pasangan menjadi lebih baik. Namun, perilaku ini dapat membawa bahaya tersembunyi yang merusak hubungan.

Ciri-ciri "parenting" pasangan:

  • Mengatur dan mengontrol: Pasangan yang "parenting" sering mencoba mengatur dan mengontrol berbagai aspek kehidupan pasangannya, seperti cara berpakaian, pola makan, pergaulan, bahkan karir.
  • Selalu mengkritik: Mereka selalu mencari kekurangan dan kesalahan pasangan, dan tidak henti-hentinya memberikan kritik.
  • Membuat keputusan sepihak: Mereka sering membuat keputusan penting dalam hubungan tanpa berkonsultasi dengan pasangannya.
  • Memperlakukan pasangan seperti anak: Mereka berbicara dengan nada menggurui dan menganggap pasangannya tidak mampu mengurus diri sendiri.

Meskipun dilakukan dengan niat baik, "parenting" pasangan dapat berakibat buruk bagi hubungan:

perilaku ini justru dapat merusak hubungan dalam beberapa hal:

1. Merenggut Kemandirian dan Kepercayaan Diri Pasangan:

Diperlakukan seperti anak kecil dapat membuat pasangan merasa tidak mampu dan kehilangan kepercayaan diri. Hal ini dapat menghambat perkembangan pribadi dan kemandirian mereka.

2. Menimbulkan Ketidakpercayaan dan Kebencian:

Pasangan yang dikontrol secara berlebihan akan merasa tidak dihargai dan dikekang. Hal ini dapat menimbulkan kebencian dan ketidakpercayaan dalam hubungan.

3. Menghambat Komunikasi dan Keintiman:

Ketakutan untuk dihakimi atau dimarahi dapat membuat pasangan enggan untuk terbuka dan berkomunikasi dengan jujur. Hal ini menghambat keintiman dan kedekatan dalam hubungan.

4. Menciptakan Hubungan yang Tidak Sehat:

Dinamika "orang tua-anak" dalam hubungan dapat menciptakan ketidakseimbangan dan ketidaksamaan. Hal ini dapat menyebabkan hubungan yang tidak sehat dan tidak setara.

5. Menyebabkan Stres dan Ketidakbahagiaan:

Baik bagi yang "mengurus" maupun yang "diurus", perilaku ini dapat menciptakan stres dan ketegangan dalam hubungan. Hal ini dapat berakibat pada ketidakbahagiaan dan hilangnya kebahagiaan dalam hubungan.