5 Tanda Ketergantungan Emosional (emotional dependency) Terhadap Seseorang!
Tentu menyenangkan jika memiliki pasangan yang mampu mendukung, memberikan semangat, dan selalu ada untukmu disetiap keadaan. Perasaan cinta yang dirasakan dengan jantung berdebar, rasa hampa tanpa kehadirannya, serta keinginan untuk selalu menghabiskan setiap detik bersama. Tahukah kamu jika jatuh cinta dan kecanduan obat memiliki beberapa kesamaan? Berdasarkan review Giulio (2020), adanya euforia saat jatuh cinta hingga perasaan depresi dan kecemasan setelah putus rupanya mirip dengan fase kecanduan dan putus obat.
Cinta memiliki banyak bentuk berdasarkan bagaimana seseorang mengekspresikan cintanya. Cinta tidak pernah datang dari rasa takut. Namun, tanpa sadar kamu sering mendengar atau mengucapkan rasa takut kehilangan yang justru membuat kamu atau pasangan jadi posesif dan sangat terikat satu sama lain. Hal ini bukan berarti cinta, melainkan rasa butuh antara kamu dan pasangan yang menjadi berlebihan dan inilah yang disebut dengan emotional dependency.
Saat rasa cinta yang kamu dan pasangan rasakan justru mendatangkan rasa lelah, bisa jadi cinta yang ada dalam hubunganmu sebenarnya merupakan bentuk ketergantungan emosional atau emotional dependence antara kamu pada pasanganmu atau sebaliknya. Lalu apakah ketergantungan emosional ini? Dan seberapa berbahayanya untuk diri sendiri?
Pemahaman dan Bentuk Emotional Dependence
Emotional dependency atau ketergantungan emosional adalah keadaan pikiran di mana seseorang tidak mampu mengambil tanggung jawab penuh atas perasaan mereka sendiri. Mereka memang memiliki emosi seperti kesedihan, patah hati, kecemasan, dan depresi tetapi mereka tidak dapat merangkul, menerima, atau memelihara perasaan ini.
Bicara soal ketergantungan emosional atau emotional dependency, hal ini dapat ditemui pada beberapa orang yang jarang sekali tidak memiliki pacar, alias tidak bisa sendiri. Belum lama putus dari si A, kemudian langsung beralih jadian sama si B. Sementara, ada orang lain yang bisa menjomblo bertahun-tahun. Nah, apakah ini salah satu tanda emotional dependency atau ketergantungan emosional? Sejauh mana pengaruhnya terhadap diri sendiri?
Tentunya, setiap manusia saling membutuhkan satu sama lain. Tetapi jika ketergantungan emosional berada dalam hubungan romantismu bersama pasangan, berarti hubunganmu tidak lagi memiliki makna. Tanpa sadar, kamu dan pasangan mungkin hanya saling berusaha untuk mengisi dan memuaskan kebutuhan masing-masing padahal kebutuhan tersebur sebenarnya mampu kamu penuhi. Pada akhirnya, kamu bergantung pada pasanganmu agar dapat merasa utuh dan terpenuhi.
Kamu merasa takut akan kehilangan pasanganmu, merasa insecure terus-menerus, serta merasa cemas terus-menerus merupakan beberapa bentuk ketergantungan emosional yang mungkin sering kamu atau pasanganmu alami. Monolog seperti “Masihkah dia mencintaiku? Apakah aku baik-baik saja? Apakah kita akan putus?” merupakan monolog yang sering muncul dalam benakmu atau pasanganmu.
Kamu selalu merasa sangat membutuhkan pasanganmu sampai pada titik merasa takut kehilangannya dan kurang percaya diri. Kamu yakin bahwa hidupmu akan terasa hampa dan kamu tidak lagi berharga tanpa kehadirannya. Hal inilah yang terkadang membuat seseorang cenderung bertahan dalam hubungan yang toxic, meskipun dipenuhi dengan kekerasan fisik maupun psikologis.
Dependent a.k.a ketergantungan yang berarti seseorang menggantungkan kebahagiaannya pada orang lain yaitu pasangan. Dari sisi psikologis, menurut psikolog Wulan Suci Mokobombang M.Psi, emotional dependency ini sama dengan codependent relationship yang artinya lebih dikenal dengan “bucin” alias budak cinta. Jenis hubungan ini merupakan hubungan disfungsional alias tidak sehat, karena memiliki ketergantungan yang tinggi, baik secara mental, emosional, fisik maupun spiritual pada pasangannya. Sementara, pasangannya bisa saja mengambil keuntungan dari hubungan tersebut. Berikut tanda emotional dependency atau ketergantungan emosional:
1. Kesepian Dianggap Kegagalan
Ketergantungan emosional adalah ketika seseorang memandang status single atau not in a relationship sebagai sebuah ketakutan atau kegagalan. Mereka cenderung mendefinisikan harga diri dan kebahagiaan mereka melalui sebuah hubungan, meskipun hubungan tersebut tidak berjalan sehat atau bahkan tanpa perasaan. Sehingga ketika di ambang perpisahan menuju kesendirian, mereka akan dihantui ketakutan yang besar.
2. Tidak Percaya Diri
Kurangnya rasa percaya diri dan self worth menyebabkan ketergantungan emosional ini terjadi. Ketika seseorang tidak memiliki self worth yang cukup, maka mereka menganggap dirinya tidak layak hidup tanpa pasangan. Hal ini karena mereka belum menemukan value dalam diri mereka sendiri.
3. Tidak Mengerti Akan Diri Sendiri
Ketergantungan ini juga disebabkan oleh ketidaksadaran akan keinginan dan tidak paham kebutuhan diri sendiri. Hal ini menyebabkan pikirannya cenderung lebih fokus untuk membahagiakan orang lain, bukan dirinya. Pada pasangannya, ialah penentu kebahagiaan dan sebaliknya, pasangannyalah yang menjadi penentu kebahagiannya. Padahal kita tidak bisa menjamin 100% kebahagiaan orang lain.
4. Overprotective, Jealous, dan Manipulatif
Ketergantungan emosi ini bisa membuat seseorang menjadi sangat protektif terhadap pasangannya. Hal ini karena rasa takut kehilangan yang begitu besar namun sudah tidak wajar. Mereka punya kecenderungan untuk menjadi pengontrol, cemburuan, bahkan manipulatif dan bisa berbahaya dalam keadaan tertentu. Terdengar familiar bahkan hingga kini, ada pasangan yang suka mengancam pacarnya dengan cara menyayat-nyayat perngelangan tangan pakai cutter.
5. Terlalu Memikirkan Perkataan Orang Lain
Orang yang memiliki social emotional dependency biasanya sangat bergantung pada opini orang lain. Mereka tidak mau tutup mata dan tutup telinga terhadap komentar orang di sekitarnya. Hal ini akan berbahaya untuk keberadaannya di tengah lingkungan kerja, social media, bahkan di tengah keluarga. Karena setiap perkataan yang ia dengar akan menambah pressure dalam kehidupannya. Bahkan nilai diri serta kebahagiaannya bergantung pada apa yang orang lain katakan.
Mengatasi Emotional Dependence dalam Hubungan
Untuk mencegah emotional dependency adalah dengan menanamkan self worth sejak dini kepada anak. Baik anak laki-laki maupun perempuan, penting untuk kita sebagai orangtua menanamkan self worth. Tidak harus menjadi alpha female atau alpha male, at least anak harus paham kebutuhan emosinya. Jangan sampai terbiasa ketergantungan lalu kehilangan kemandiriannya. Misalnya, tidak masalah diantar jemput setiap hari, tapi harus punya keberanian naik transportasi umum sendiri ketika tidak ada yang mengantar.
Emotional Dependence ini sendiri berawal dari rendahnya self-esteem sehingga merasa butuh seseorang untuk memenuhi kebutuhan emosional. Dalam hubungan, rendahnya self-esteem membuat kamu atau pasanganmu selalu menyalahkan diri sendiri atas gagalnya atau munculnya suatu masalah dalam hubunganmu.
Tidak salah jika kamu mencari dukungan positif dari pasanganmu. Namun, sebaiknya kamu mencoba menyelesaikan masalahmu terlebih dahulu dan pahami perasaanmu sendiri sebelum akhirnya menemukan cara untuk mengatasinya. Sehingga kamu bisa jadi lebih mandiri dan cukup kuat untuk mengendalikan emosi dan perasaanmu.
Identifikasi trigger dari rasa ketergantunganmu, sehingga kamu dapat menemukan cara untuk mengatasinya. Berbicara dengan positive self-talk dapat membantumu. Belajarlah untuk lebih terbuka mengkomunikasikan kebutuhan masing-masing bersama pasangan. Meskipun punya mimpi dan tujuan bersama serta merasa saling membutuhkan dukungan satu sama lain, bukan berarti cinta dan berada dalam hubungan romantis membuat kamu dan pasangan merasa tergantung satu sama lain.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dukungan dan kasih sayang merupakan energi terbesar yang ingin kita miliki untuk terus bergerak maju. Tetapi jangan sampai kita bergantung pada pasangan kita untuk selalu menyayangi kita hingga satu titik dimana kita percaya bahwa jika orang penting ini pergi, hidup tak akan lagi bermakna dan semua tampak kelam serta menjenuhkan.
Untuk terbebas dari belenggu ketergantungan emosional, kamu harus berdamai dengan diri sendiri dan mengenali segala energi negatif yang kamu bendung sekian lama. Setelah kamu mengerti dan menerima bahwa kamu menciptakan perasaan kamu sendiri dan bukan datang dari luar dirimu. Ketika kamu dapat memaafkan diri sendiri, kamu dapat menyadari bahwa kamu tidak butuh pemujaan orang lain untuk mengetahui bahwa diri kamu berharga dan dapat bahagia. Prospek bahwa kasih sayang dapat menyelamatkan jiwa kamu bukan berasal dari mendapatkan kasih sayang sebanyak-banyaknya dan pada setiap detiknya. Melainkan, berasal dari betapa murah hatinya kamu dapat mencintai diri sendiri.
Source by:
https://healmind.id/emotional-dependence/
https://www.kompasiana.com/zainnabih/
https://www.cadabamshospitals.com/overcoming-emotional-dependency
https://mommiesdaily-com.cdn.ampproject.org/v/s/mommiesdaily.com/2022/05/16/bahayanya-ketergantungan-emosional-alias-nggak-bisa-hidup-sendiri/