By Anis Afifatul Azizah August 31, 2024 26

Dampak Pola Asuh: Cetak Biru Hubungan Romantis di Masa Depan

Pernahkah kamu mendengar bahwa pernikahan itu seumur hidup, makanya jangan sampai kamu memilih orang yang salah. Pernikahan dengan orang yang salah dan harus menjalani dalam jangka waktu yang lama nyatanya sangat melelahkan. Walaupun tidak semua orang mengalami hal serupa,  tapi dari kalimat tersebut dapat menjadi perhatian kita dalam memilih pasangan.

Pilihan pasangan hidup seringkali dipandang sebagai keputusan pribadi yang didasarkan pada perasaan dan intuisi. Namun, tahukah Anda bahwa cara kita dibesarkan oleh orang tua dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap preferensi kita dalam memilih pasangan? Setiap individu tumbuh dalam lingkungan keluarga yang unik, di mana nilai-nilai, norma, dan keyakinan dibentuk dan ditransmisikan dari orang tua ke anak. Pola asuh yang kita alami sejak kecil membentuk pola pikir, perilaku, dan harapan kita dalam sebuah hubungan. simak dulu sampai selesai yuk!

Pola Asuh dan Dampaknya pada Pembentukan Kepribadian

Pola asuh biasanya dikategorikan ke dalam beberapa tipe utama, seperti:

  1. Pola Asuh Otoriter
    Orang tua yang otoriter cenderung menerapkan aturan yang ketat dan menuntut kepatuhan tanpa banyak memberikan ruang untuk diskusi atau negosiasi. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini seringkali tumbuh menjadi individu yang patuh, tetapi bisa juga menjadi tidak percaya diri atau merasa tertekan dalam menghadapi otoritas. Dalam memilih pasangan, mereka mungkin mencari seseorang yang dominan atau sebaliknya, seseorang yang bisa mereka kendalikan, bergantung pada bagaimana mereka menginternalisasi pola asuh ini.

  2. Pola Asuh Permisif
    Orang tua permisif cenderung lebih fleksibel dan sedikit memberikan aturan atau batasan. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini mungkin tumbuh menjadi individu yang mandiri, tetapi bisa juga kurang disiplin atau mengalami kesulitan dalam menghadapi struktur yang lebih ketat dalam kehidupan dewasa. Mereka mungkin mencari pasangan yang memberikan kebebasan dan tidak menuntut banyak, atau mereka bisa mencari struktur yang lebih kuat dalam hubungan mereka. Bisa juga anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif, yang cenderung memanjakan anak, mungkin mencari pasangan yang dapat memenuhi semua kebutuhan mereka dan selalu ada untuk mereka. Mereka bisa jadi kurang mandiri dan mengharapkan pasangan untuk selalu membahagiakan mereka.

  3. Pola Asuh Demokratis
    Pola asuh ini melibatkan komunikasi dua arah antara orang tua dan anak, di mana aturan ada tetapi ada juga ruang untuk diskusi dan negosiasi. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini cenderung tumbuh menjadi individu yang percaya diri, memiliki kemampuan komunikasi yang baik, dan mampu beradaptasi dengan berbagai situasi. Dalam memilih pasangan, mereka mungkin mencari seseorang yang setara, yang bisa berkomunikasi secara terbuka dan berbagi tanggung jawab.

  4. Pola Asuh Neglectful
    Pola asuh ini ditandai dengan kurangnya perhatian atau pengawasan dari orang tua. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh neglectful mungkin merasa diabaikan dan kurang mendapatkan dukungan emosional, yang bisa mempengaruhi kepercayaan diri mereka dan cara mereka menjalin hubungan. Mereka mungkin mencari pasangan yang memberikan perhatian penuh, atau mereka bisa menghindari komitmen karena takut ditinggalkan.

Bagaimana Pola Asuh Membentuk Pola Cinta

  1. Pola Lampiran: Pola asuh yang kita alami sejak kecil membentuk pola lampiran kita, yaitu cara kita membentuk ikatan dengan orang lain. Pola lampiran yang aman, cemas-ambivalen, atau menghindar akan memengaruhi cara kita menjalin hubungan romantis.
  2. Pengalaman Masa Kecil: Pengalaman positif atau negatif dalam keluarga dapat membentuk citra ideal tentang pasangan dan hubungan. Jika kita tumbuh dalam keluarga yang harmonis, kita cenderung mencari pasangan yang dapat memberikan keamanan dan kebahagiaan yang sama. Sebaliknya, jika kita mengalami trauma atau konflik dalam keluarga, kita mungkin kesulitan mempercayai orang lain atau membangun hubungan yang sehat.
  3. Peran Model: Orang tua menjadi role model pertama kita dalam hal hubungan. Cara orang tua kita berinteraksi satu sama lain akan memengaruhi cara kita memandang dan berperilaku dalam hubungan romantis.

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Pemilihan Pasangan

Pola asuh bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang memilih pasangan, tetapi ini adalah salah satu elemen penting. Anak-anak belajar tentang hubungan, kasih sayang, dan kepercayaan dari cara orang tua mereka berinteraksi satu sama lain dan dengan mereka. Berikut beberapa cara pola asuh dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam memilih pasangan:

  1. Kebutuhan akan Keamanan Emosional
    Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang stabil dan penuh kasih cenderung mencari pasangan yang dapat memberikan keamanan emosional yang serupa. Sebaliknya, mereka yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak stabil mungkin mencari pasangan yang bisa memberikan stabilitas yang mereka rindukan, atau mereka bisa terjebak dalam pola hubungan yang tidak sehat karena ini adalah apa yang mereka kenal.

  2. Peran Gender dan Harapan
    Pola asuh juga dapat membentuk harapan seseorang tentang peran gender dalam hubungan. Misalnya, anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga di mana peran gender sangat tradisional mungkin cenderung mencari pasangan yang sesuai dengan harapan tersebut, sementara mereka yang dibesarkan dalam lingkungan yang lebih egaliter mungkin mencari pasangan yang lebih setara dalam peran dan tanggung jawab.

  3. Keterbukaan Terhadap Komunikasi
    Pola asuh yang mendorong komunikasi terbuka dan jujur dapat menghasilkan individu yang lebih nyaman berkomunikasi dengan pasangannya, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kualitas hubungan mereka. Sebaliknya, jika komunikasi dalam keluarga tertutup atau tidak ada, individu mungkin kesulitan untuk terbuka dalam hubungan romantis mereka.